31 March 2010

ADAB MUSLIM BERGAUL

Adab erat kaitannya dengan perilaku. Biasanya adab berhubungan dengan latar budaya seseorang. Banyak kisah yang menceritakan bagaimana seseorang harus memperhatikan masalah adab maupun mengetahui budaya yang ada di sekitarnya. Budaya yang berbeda dapat menyebabkan kesalahpahaman antar sesama.

Dalam lembar sejarah Islam, kita mengetahui bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan para sahabatnya tentang tatakrama, mulai memberi salam, makan hingga berkunjung ke tempat orang lain. Rasulullah juga mempersiapkan salah seorang sahabatnya bila akan diutus menjadi duta ke suatu wilayah dengan menyuruhnya memperhatikan perilaku dan budaya yang berlaku disana. Oleh karena itu kita mengenal duta Islam pertama yaitu Mus’ab bin Umair. Beliau diutus untuk mempersiapkan hijrahnya Rasulullah SAW.

Keberhasilan Mus’ab ini dapat dilihat dari masuknya seluruh masyarakat Madinah menyambut seruan itu dan bahkan menanti-nanti kedatangan Rasulullah SAW untuk tinggal bersama mereka. Selanjutnya terbukti bahwa penduduk Madinah menjadi penyokong utama da’wah Rasulullah SAW di kemudian hari.

Sebagai seorang muslim, adab dan perilaku dapat menjadi alat untuk berda’wah. Oleh karena itulah adab dan perilaku kita merujuk kepada Rasulullah SAW, karena dialah yang menjadi panutan umat Islam. Adab juga merupakan hasil dari pemahaman dan pengamalan kita terhadap nilai-nilai Islam yang kita ketahui. Dari lembar siroh kita dapat mengetahui bahwa kemuliaan akhlaq dan perilaku ini dapat melunakkan hati bahkan mengajak seseorang masuk ke dalam Islam dengan kesadarannya sendiri.

Kisah seorang wanita yahudi yang selalu meludahi Rasulullah SAW setiap akan sholat ke Masjidil Haram kemudian tergerak hatinya masuk Islam karena Rasulullah SAW-lah yang pertama menjenguknya ketika dia sakit. Dari adab inilah cahaya Islam terpancar. Keutamaan dan kemuliaan Islam akan bersinar melalui adab-adab yang dimiliki umatnya.

II. Adab ketika akan bertemu dengan orang lain

1. Adab berpenampilan

Rasulullah SAW memberikan nasehat bagaimana seorang muslim berpenampilan: “Sesungguhnya kalian akan mendatangi saudara-saudara kalian (sesama muslim), maka perbaikilah kondisi perjalanan kalian, perindahlah pakaian kalian sehingga keadaan kalian seakan-akan wangi dalam pandangan manusia karena Allah tidak menyukai kejorokan dan sikap jorok.” (HR. Abu Daud)

Rasulullah SAW juga memberi peringatan bagi seseorang yang tidak memperhatikan penampilannya ketika akan bertemu dengan orang lain, sabdanya: “Rasulullah datang berkunjung kepada kami kemudian beliau melihat seorang laki-laki yang pakainnya kotor lantas beliau bersabda, “Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu untuk mencuci pakaiannya.” (HR. Imam Ahmad dan Nasa’i)

2. Adab menjaga kebersihan mulut (mulut siapa bau 'LONGKANG' ?)

Masalah pakaian dan bau mulut ternyata bagian perhatian yang perlu dijaga. Rasulullah bersabda, “Kalau sekiranya aku tidak khawatir memberatkan umatku, maka pastilah akan aku perintahkan kepada mereka bersiwak (menggosok gigi) setiap kali hendak wudhu.” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang memakan bawang merah, putih dan kurats (sejenis makanan yang meninggalkan bau yang menyengat), maka janganlah ia sekali-kali ia mendekati masjid. Malaikat merasa terganggu apa-apa yang mengganggu anak Adam.” (HR. Muslim)

Bahkan bagi setiap laki-laki disunnahkan mandi dan memakai minyak wangi sebelum pergi sholat jum’at. Untuk kondisi sehari-hari Rasulullah mencontohkan bagaimana ia selalu menjaga kebersihan dan keharuman badannya.
Dalam hal ini Anas bin Malik ra. berkata, “Aku tidak pernah sama sekali mencium ambar dan mistik (aroma wewangian) yang lebih wangi dari yang tercium dari tubuh Rasulullah SAW.” (HR. Muslim)

3. Menjaga kebersihan rambut dan badan

Rasulullah SAW memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menjaga rambut mereka. Sabdanya, “Siapa-siapa yang memiliki rambut maka hendaklah ia menghormatinya.” (HR. Abu Daud). Maksud menghormati disini ialah membersihkannya (mencuci rambut), menyisirnya, memakaikan wewangian dan memperindah bentuk dan penampilannya.

Dalam hal membersihkan badan secara keseluruhan, Rasulullah SAW mengingatkan batas minimalnya. “Adalah merupakan hak atas seorang muslim ketika mandi dalam seminggu, agar sehari daripadanya ia membasahi kepala (keramas) dan badannya.” (mutafaqu’alaih)

Hadits diatas mengingatkan kita untuk membersihkan kepala kita dalam sepekan sehingga kepala dan kulit kepala kita bersih dan wangi sebagaimana tubuh kita.

III. Adab pergaulan sehari-hari

1. Adab meminta izin untuk masuk ke rumah orang lain
Islam sangat menghargai privacy seseorang. Oleh karena itu seorang muslim ketika akan berkunjung hendaklah memperhatikan masalah ini.
Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian mendatangi rumah-rumah itu dari depan melainkan dari samping-sampingnya. Maka minta izinlah dan jika diizinkan bagi kalian maka masuklah, kalau tidak mendapat izin pulanglah.” (HR. Thabrani)

2. Mengucapkan salam
“Apabila salah seorang kalian sampai pada suatu majelis maka hendaklah ia mengucapkan salam, sebab bukanlah yang pertama lebih berhak dari yang terakhir.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi ia berkata hasan)

3. Adab dalam majelis
a. Hendaklah salah seorang mereka duduk di tempat yang mereka dapatkan di majelis tanpa merasa kurang dihormati/diremehka n. (HR. Abu Daud)
b. Tidak boleh dua orang yang sedang berbicara disela, kecuali dengan izin dari keduanya. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi)
c. Bila majelis itu penuh dan tidak ada tempat bagi yang baru datang maka Rasulullah menyuruh mereka untuk melonggarkan dan merapatkan diri agar orang tersebut dapat tempat. (HR. Al Khamsah)
d. Jika majelis tersebut bersifat khusus dan membicarakan masalah khusus, maka Rasulullah melarang orang lain bergabung dalam majelis tersebut.
e. Diantara adab majelis adalah hendaknya tidak menempati tempat duduk seseorang yang meninggalkannya sementara ada keperluan. (HR. Muslim)
f. Hendaknya dua orang tidak berbisik-bisik tanpa meminta izin dari orang ketiga karena akan membuat orang ketiga itu sakit hati/sedih. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Adab Makan
a. Membaca
basmalah
b. Makan dengan tangan kanan
c. Memakan dari sisi yang depan
d. Tawadhu ketika makan
e. Tidak boleh mencela makanan
f. Tidak meniup makanan yang masih panas
g. Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan

5. Adab Minum
a. Minum dengan tangan kanan
b. Minum sambil duduk
c. Berdo’a sebelum dan sesudah makan
d. Mendahulukan orang di sebelah kanan
e. Diharamkan makan dan minum dari wadah yang terbuat dari emas dan perak

6. Tata cara makan dan minum di tempat orang lain
a. Datang karena diundang
b. Tidak membawa orang yang tidak diundang
c. Menjaga harga diri
d. Berdo’a untuk pemilik hidangan
e. Bersegera pulang setelah menghadiri acara (tidak berlama-lama)

7. Dalam pergaulan sehari-hari ada beberapa yang perlu diperhatikan:
a. Mengucapkan dan menjawab salam
b. Berjabat tangan (hanya untuk sesama jenis)
c. Khalwah tidak diperkenankan karena menimbulkan fitnah

* AYUH SAMA-SAMALAH KITA MERENUNG. YA ALLAH PERBAIKILAH AKHLAK KAMI & SAUDARA-SAUDARA KAMI !

Palestin itu jauh dari kita

Pada kita derita itu
pada gagalnya peperiksaan
laparnya perut pada makanan
putusnya cinta pada kekasih pujaan
jauhnya ibu ayah dari dakapan
juga habisnya duit dalam bekalan

Pada mereka derita itu
Apabila rumah kediaman digesel trak
Harta benda serba serbi dirompak
maruah keluarga dipijak-pijak
anak bini dicincang oleh manusia tak berotak
tanah air Islam diinjak-injak

irama kita
adalah suara Siti yang merdu
atau muzik rock yang bingit melegakan
atau suara nasyid yang mendayu-dayu

irama mereka
bulddozer yang menghiasi setiap pagi
ketulan batu yang dicampak ke muka yahudi
Bom yang tak pernah sunyi berbunyi

sungguh sukar kita berada di tempat mereka
kita masih tak sanggup menerima ujian sedemikian mereka

berpisahnya kita dari keluarga cuma sementara
berpisahnya mereka dengan ayah,ibu, adik beradik adalah buat selama-lamanya

tanggisnya kita di dunia adalah kerana gagalnya kita dalam ujian
putusnya cinta atau geramnya pada manusia
tanggisnya mereka di dunia kerana tidak dapat membunuh musuh Allah
kerana gagalnya mereka menemui kesyahidan

Rindu kita hanya bauan pada keluarga tercinta
Pada kekayaan melimpa ruah
pada umur yang panjang
agar keluarga kita lebih makmur membahagiakan

Rindu mereka pada wangian syurga tertinggi…
pada syahid tanpa henti
pada perjumpaan teragung
dengan Ilahi tercinta…

Siapakah kita berbanding mereka?

18 March 2010

Adakah solat itu buang masa?




Ustaz Hashim sedang memberikan taklimat awal kepada para peserta kursus Modul Solat yang dijalankan oleh saya dan teman-teman di Fitrah Perkasa

Malam ini saya di UIA Kuantan, untuk berkongsi ilmu dengan saudara/i kita di sana dalam tajuk: MUKMIN PROFESIONAL. Mudah-mudahan Allah akan permudahkan untuk meuar-uarkan gagasan ini.

Mukmin Profesional yang telahpun dijalankan dalam bentuk program dan modulnya sejak 7 atau 8 tahun yang lalu di pelbagai agensi korporat oleh Fitrah Perkasa Sdn Bhd. adalah satu proses “rebranding” (penjenamaan semula) imej umat Islam yang negatif di mata dunia.

Untuk anda sahabat-sahabat yang setia mengikuti kembara Gentarasa – saya ketengahkan satu tulisan untuk dijadikan bahan fikir dan zikir – solat pada pandangan bukan Islam dan orang Islam sendiri. Marilah membacanya dengan nama Allah…

SOLAT ITU BUANG MASA?

“Mengapa orang Islam banyak buang masa untuk bersembahyang?” Anda terkejut? Sudah tentu. Ini adalah soalan yang jarang kita dengar. Soalan ini ditanyakan pada saya lebih kurang 15 tahun yang lalu ketika berada di Jepun. Ia diajukan oleh pelajar-pelajar Jepun yang melihat pelajar-pelajar Malaysia solat lima waktu sehari semalam.

Sebelum menjawab soalan ini, saya menyoal kembali pelajar-pelajar Malaysia yang hadir dalam majlis usrah itu:
“Mengapa soalan seumpama ini ditanyakan ketika kamu di sini, tidak di Malaysia?”
Seorang pelajar menjawab, “kerana mereka jarang melihat orang solat.”
Yang lain menjawab, “mereka menyembah berhala mereka sekali-skala. Tidak sekerap dan selama kita umat Islam.”

Saya senyum. Pelajar-pelajar itu berminat sungguh untuk mendalami Islam. Mereka mendekati Islam lebih serius berbanding ketika mereka di Malaysia dahulu. Ketika di perantauan, ramai yang kembali gigih menghayati agama sebagai perisai diri daripada kejutan budaya dan godaan persekitaran yang terlalu mencabar.
“Ada sebab lain?” tanya saya sekadar mengundang reaksi. Mereka diam. Mungkin terus berfikir.

“Orang Jepun sangat menghargai masa. Pengurusan masa mereka sangat efisien. Majoritinya tidak membuang masa…” kata saya meluahkan hasil pemerhatian secara rambang. Memang, ketika di dalam kereta api kebanyakan mereka membaca. Buku-buku dan komik banyak tersusun di bahagian atas syiling kereta api.

“Jadi bagi orang Jepun yang tidak membuang masa, 5 ke 10 minit yang kita luangkan untuk mengerjakan satu waktu solat dirasakan telah membuang masa. Sebab itu mereka bertanya, mengapa kita membuang masa. Sebab itu soalan itu timbulnya di kalangan orang Jepun. Kenapa tidak di kalangan orang kita di Malaysia? ”

“Sebab orang kita masih ramai yang membuang masa,” jawab seorang pelajar secara spontan.
Saya senyum, sambil mengangguk kepala. Bagi orang yang banyak membuang masa, apalah ertinya 5 atau 10 minit untuk solat. Bagi mereka yang suka melepak, berbual kosong, berlegar-legar di pusat membeli-belah sampai berjam-jam apalah harga masa yang sebanyak itu. Tidak jadi kudis. Namun tidak bagi orang Jepun, masa beberapa minit untuk aktiviti yang tidak penting (termasuk solat – pada pandangan mereka) sangat membazir masa.

“Apa yang saudara jawab?” tanya saya menduga. Gembira melihat mereka tercabar begitu. Kekadang kecintaan dan kefahaman kita terhadap Islam hanya timbul dengan adanya cabaran dan perlecehan.
“Susah nak jawab sebab Allah perintahkan kita. Mana mereka boleh terima jawapan yang begitu.”
“Perlu dijawab begitu. Sebab Allah, Tuhan kami perintahkan begitu.”

“ Tapi kalau ditanya lagi apa sebabnya Tuhan kamu perintahkan begitu?”
“Jawablah, Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya daripada hamba itu sendiri,” jawab saya.
“Mungkin mereka terima jawapan dari perspektif kita. Tapi bagaimana kalau kita nak jawab yang logik dan rasional mengikut perspektif mereka?” tanya seorang penuntut tahun akhir kejuruteraan elektrik (seingat saya).
Bagus soalan itu. Saya memang menantikan respons yang lebih kritikal dan berani.

“Tanyakan mereka, apa yang kamu buat untuk memastikan alat-alat teknologi kamu dalam keadaan yang baik? Bukankah kamu sentiasa menyelenggarakannya ? Lebih canggih alat teknologi kamu, maka semakin kerap kamu menyelenggarakannya . Kamu sentiasa buat “maintanance” kapal terbang, kereta api elektrik (“bullet train”) dan kereta kamu…” terang saya.

Pelajar-pelajar yang berjumlah 20 orang itu tidak berganjak. Hawa musim dingin kota Ibaraki itu sekali-sekala mencuri masuk melalui regangan tingkap yang terbuka. Nyaman.
“Kemudian tanyakan mereka siapa yang lebih canggih, alat-alat atau jentera teknologi yang dicipta itukah atau pun manusia yang menciptanya?”
“Tentulah manusia,” jawab mereka hampir serentak.
“Nah, kalau begitu tanyakan mereka, kalau kamu sering malah sentiasa selenggarakan alat-alat teknologi yang canggih, mengapa kamu tidak selenggarakan diri kamu yang lebih canggih?

“Mereka akan tanya, bagaimana nak selenggarakan diri kami?”
“Itu kami tidak pasti. Tetapi bagi kami orang Islam, solat adalah cara kami “maintenance” diri kami. Malang sekali kalau kamu hanya menyelenggarakan alat-alat teknologi kamu tetapi kamu lupa menyelenggarakan diri kamu sendiri.”
“Kalau mereka bertanya apakah yang dimaksudkan dengan menyelenggarakan diri pada seorang manusia?”

“Seorang itu dikatakan menyelenggarakan dirinya jika ia membersihkan hati, menstabilkan emosi dan menenangkan fikirannya. Inilah yang berlaku dalam solat yang sempurna. Seorang itu mengadu, merayu, merintih dan menyerahkan kembali segala kegalauan, keresahan dan keserabutan jiwanya kepada zat yang mampu dan mahu menyelesaikan segala-galanya. Siapa lagi kalau bukan kepada Allah!”

“Orang yang solat tidak akan sakit jiwa. Stres dan tekanan emosinya terkawal,” sampuk seorang pelajar di barisan belakang.
“Sebab itu orang Islam tidak bunuh diri walau bagaimana besar sekali pun masalah yang mereka hadapi,” tambah yang lain.
“Tidak seperti orang Jepun, kadar membunuh diri di kalangan mereka tinggi!”
“Dan ketika itulah mereka mungkin boleh disedarkan betapa solat yang beberapa minit itu bukan sahaja tidak membuang masa bahkan sangat penting sekali dalam kehidupan seorang manusia,” ujar saya sebagai satu kesimpulan.

SOLAT ITU SOAL PERIBADI?

Itu kisah orang Jepun yang bukan Islam. Sekarang mari kita ikuti kisah orang Islam sendiri dengan solat.
“Maaf, solat ini soal peribadi. Siapa yang nak buat sila, dah ada surau pun dalam bangunan ini. Siapa yang tak mahu, tak boleh paksa. Itu hal masing-masing.”
“Ya, solat tidak boleh dipaksa. Tetapi kita sebagai saudara seIslam, wajib mengingatkan. Dan saya ingin mengingatkan saudara, solat bukan soal peribadi,” tekan saya.

“Mengapa?”
“Solat itu mencegah seseorang dari kejahatan dan kemungkaran.”

“Itu saya tahu. Solat boleh mencegah kemungkaran. Saya pun selalu juga dengar kuliah-kuliah Subuh. Tapi ini dalam syarikat, kita tak perlu mengulang input-input dalam kuliah Subuh tu. Di sini kita bekerja, kita berniaga…”
“Tuan, masa kita berniaga dan bekerjalah selalunya godaan dan cabaran datang. Banyak kemungkaran dalam berniaga dan bekerja,” tusuk saya perlahan.

“Kemungkaran dalam kerja? Apa tua?”
“Ponteng, curi tulang, rasuah, melawan atasan, menindas bawahan, umpat, adu domba dan sebagainya. Kemungkaran ini bukan soal peribadi. Jika seorang melakukannya, ia memudaratkan yang lain. Lama-kelamaan ia berjangkit menjadi budaya yang negatif dalam syarikat. Ini akan menjejaskan operasi dan perjalanan syarikat secara keseluruhan.”

“Kita sudah ada undang-undang dan disiplin organisasi. Itu sebagai kawalan untuk anggota kita tidak melakukan penyelewengan.”
“Undang-undang mencegah kemungkaran dari luar tetapi solat mencegah kemungkaran dari dalam. Kita perlukan kedua-dua pendekatan. Bahkan dalam apa jua keadaan pencegahan dari dalam itu yang lebih berkesan.”

“Kenapa?” tanyanya sepatah-sepatah. Pengurus bahagian sumber manusia itu masih tidak yakin betapa pentingnya kursus pemantapan solat dilaksanakan dalam organisasi itu. Sejak dari tadi saya terkial-kial untuk meyakinkan orang Islam sendiri tentang kaedah Islam mencegah penyelewengan dan salah laku dalam syarikatnya.
“Sebab solat akan membina rasa takut, cinta dan patuh kepada Allah. Orang yang begini akan meninggalkan kejahatan dengan kerelaan hati sendiri. Ataupun jika mereka tersalah, mereka akan segera bertaubat.”

“Ah, apa pula pihak atasan kata nanti. Kita anjurkan kursus solat pula, sedangkan selama ini kita giat menjalan kursus-kursus yang memberi kemahiran profesional kepada anggota-anggota kita,” katanya berterus-terang.
“Orang atasan tidak mahukah melihat orang-orang bawahan dan seluruh kakitangan syarikat ini jadi baik? Solat sangat penting untuk membentuk manusia jadi baik.”

Dia merenung muka saya lalu berkata,”tetapi kalau baik sahaja tetapi tak tahu bekerja, buat apa?”
“Dan kalau tahu buat kerja sahaja tetapi tidak jujur, buat apa?” balas saya.

Setelah melihat dia diam, saya menambah, “sebenarnya kita perlu kedua-keduanya sekali. Pemantapan solat pun perlu, peningkatan kemahiran profesional pun perlu. Alangkah baiknya jika kedua-duanya dilaksanakan secara bersepadu dalam syarikat ini. Kita tidak ada masalah, bukankah seluruh kakitangan syarikat ini beragama Islam?”
“Kos… kos dan peruntukan latihan akan bertambah,” balasnya.

Kali ini saya pula terdiam.
“Tuan, untuk program latihan kemahiran kita rela berbelanja besar. Mengapa untuk program pemantapan nilai-nilai Islam ini kita terlalu berkira?”
“Itu soal pihak atasan…” kilasnya.

“Tuan, di atas pihak atasan ini ada yang lebih atas lagi. Allah akan bertanya kepada kita, apa yang kita laksanakan untuk mendidik orang bawahan kita. Syarikat hakikatnya sebuah institusi. Kita akan ditanya oleh Allah tentang orang di bawah pimpinan kita. Bukan soal makan-minum dan kebajikan lahiriah mereka sahaja, tetapi juga soal iman dan Islam mereka.”

“Baik tu baik. Tetapi…”
“Tuan, jika syarikat terlalu berkira dalam soal-soal tarbiah begini, saya khuatir penyelewengan, rasuah, curi tulang dan lain-lain sikap negatif yang tuan katakan mula merebak dalam syarikat ini akan bertambah kronik. Pembaziran dan penyelewengan akan memporak-perandakan operasi. Produktiviti dan kualiti akan menurun. Penjualan juga akan merosot. Pembaziran berleluasa. Rasuah pula akan menyebabkan ketirisan wang yang bukan sedikit! Ini menelan kos yang lebih berbanding kos pendidikan,” pujuk saya.

Dia termenung. Sambil menepuk-nepuk tangannya ke meja dia berkata, “insya-Allah, nantilah akan saya fikirkan dulu.”
Saya menarik nafas. Begitulah cabaran dalam berdakwah. Setelah berhujah, kita perlu pasrah menyerah kepada Allah, pohon taufik dan hidayah-Nya. Apa pun benarlah seperti yang selalu diungkapkan, Islam adalah agama yang paling banyak disalah tafsirkan, bukan sahaja oleh orang bukan Islam…. tetapi oleh orang Islam sendiri.

Di Jepun, di Malaysia atau di mana sahaja, Islam sering disalah tafsirkan. Namun jangan pesimis atau kecewa. Itu bermakna peluang dan ruang untuk dakwah sentiasa terbuka!

Macam-macam

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...